Test Report Pada Quality Assurance
Latar Belakang
Quality Assurance mempunyai tugas untuk menjamin kualitas suatu produk. Sebelum melakukan hal tersebut Quality Assurance harus sering menguji atau melakukan test pada kualitas suatu produk. Hal tersebut bertujuan agar produk sebelum release minim bug dan memastikan produk sudah sesuai dengan Requirement.
Seringnya pengujian yang dilakukan oleh Quality Assurance berbanding lurus dengan Test Report yang dihasilkan. Test Report terdiri atas Scenario Test, dan Bug Report. Test Report penting untuk menjadi pedoman Quality Assurance dalam menganalisa kualitas suatu produk dan mendokumentasikan test yang telah dilakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Test Report pada Quality Assurance.
Rumusan Masalah
Test Report yang jarang di update dikarenakan seorang Quality Assurance fokus melakukan pengetesan kualitas suatu produk baik secara manual dan automation, serta Test Report yang susah dipahami oleh Stakeholder dikarenakan kurang detail menjelaskan bug.
Berikut contoh Test Report yang susah dipahami :
Gambar 1 merupakan contoh Scenario Test yang di dokumentasikan pada Google Sheets. Susah dipahami dikarenakan ada tidak ada user story dan action. Selain itu tidak dilengkapi dengan created at, last modified, total passed, total failed dan total uncheck. Mengakibatkan Stakeholder susah memahami maksud dari scenario test tersebut, serta susah menganalisa kapan dibuat, kapan terakhir di update, berapa total passed, failed, dan uncheck.
Gambar 2 merupakan contoh Bug Report yang di dokumentasikan pada Trello. Susah dipahami dikarenakan tidak ada step, expected, actual dan screen shoot. Selain itu tidak dilengkapi dengan bug priority, bug status, dan bug category. Mengakibatkan Stakeholder susah memahami maksud dari Bug Report tersebut, serta susah untuk menganalisa bug dari priority, status, dan fixing bug pada Bug Report tersebut.
Tujuan
Menganalisis pentingnya Test Report pada Quality Assurance agar Test Report selalu terupdate, serta dapat dipahami dan digunakan oleh Stakeholder.
Pembahasan
Dari rumusan masalah tersebut, dapat diatasi dengan cara :
- Membuat Scenario Test sebelum produk di kembangkan atau bahkan setelah mendapatkan Requirement dari Client.
- Menguji dan mendokumentasikan hasil pengujian setiap ada fitur yang baru selesai di kembangkan.
- Melaporkan pada Programmer jika ada yang belum sesuai dengan Requirement walaupun bug tersebut minor.
- Mendokumentasikan Bug Report setiap bug yang ditemukan.
- Menganalisa bug yang ditemukan berulang atau tidak.
- Mengupdate Test Report minimal seminggu tiga kali.
Berikut contoh perbandingan Test Report yang mudah dipahami:
Gambar 3 merupakan contoh Scenario Test yang di dokumentasikan pada Google Sheets. Mudah dipahami dikarenakan ada user story dan action. Selain itu dilengkapi dengan created at, last modified, total passed, total failed dan total uncheck. Sehingga Stakeholder mudah memahami maksud dari Scenario Test tersebut, serta mudah menganalisa kapan dibuat, kapan terakhir di update, berapa total passed, failed, dan uncheck.
Gambar 4 merupakan contoh Bug Report yang di dokumentasikan pada Google Sheets. Mudah dipahami dikarenakan ada step, expected, actual dan screen shoot. Selain itu dilengkapi dengan bug priority, bug status, dan bug category. Sehingga Stakeholder mudah memahami maksud dari Bug Report tersebut, serta mudah untuk menganalisa bug dari priority, status, dan category.
Kesimpulan
Test Report pada Quality Assurance penting karena dapat mengetahui kualitas produk sudah sebaik apa, minim bug, dapat dipahami oleh Stakeholder, dan memastikan produk sudah sesuai dengan Requirement.
