Agile Testing

Agile testing adalah bagian dari agile software development. Agile testing dimulai dari awal proyek atau requirement atau sprint planning. Agile testing merupakan proses berkelanjutan selama proyek berlangsung, sejalan dengan proses development, dan memberikan feedback pada proses development. Agar software berhasil, tester harus fleksibel dan adaptif terhadap requirement yang sering berubah.
Metode Agile Testing
1. Behavior Driven Development (BDD)
Behavior Driven Development (BDD) adalah informasi atas perilaku (output) software berdasarkan yang dilakukan (input) dari user. Dalam BDD melibatkan Product Owner, Business Analyst, Project Manager, Programmer, dan Tester, sehingga semua anggota memahami dengan baik mengenai flow dan fitur software sebelum proses pengembangan dimulai. BDD dari persyaratan awal berdasarkan perilaku user dan disebut test yang dapat dibaca oleh manusia. Dapat dilakukan secara manual dan automation testing. Secara khusus BDD dimulai dengan spesifikasi fungsional menggunakan sintaks gherkinks (contoh aplikasi cucumber) yang terdiri dari given, when, then.
2. Acceptance Test Driven Development (ATDD)
Acceptance Test Driven Development (ATDD) adalah test penerimaan dari sudut pandang Client. Melakukan pengujian verifikasi fungsi sistem berdasarkan penerimaan dari Client. ATDD seperti User Acceptance Testing (UAT). Melibatkan Client, Product Owner, Business Analyst, Project Manager, Programmer dan Tester. ATDD mendapatkan informasi dari Client, digunakan untuk mengembangkan kriteria penerimaan, lalu membuat ATDD/UAT. Memprioritaskan 2 pertanyaan yaitu apakah pelanggan akan menggunakan sistem jika X? Bagaimana kita dapat memvalidasi jika sistem melakukan X?. Dapat dilakukan secara manual dan automation testing.
3. Exploratory Testing
Explorary testing adalah menguji secara eksplorasi suatu software yang tidak sesuai dengan rules, atau biasa disebut negative test. Exploratory testing termasuk jenis functional testing. Dapat dilakukan secara manual dan automation testing. Bagaimana cara dan hasil exploratory testing harus di dokumentasi untuk menjadi feedback teams, serta apabila Client juga melakukan hal yang sama. Meskipun kebanyakan tidak tertulis pada test script dalam automation testing. Anggota team yang terlibat adalah Tester. Pada exploratory testing, test design dan test execution dilakukan secara paralel.
4. Session-Based Testing
Session based testing hamper mirip dengan exploratory testing, tetapi perbedaannya pada session based testing memiliki sesi waktu yang telah ditentukan (time-boxed sessions). Pada akhir sesi ada meeting singkat antara Project Manager, Scrum Master, Programmer, dan Tester, yang membahas pasts, results, obstacles, outlook, dan feelings. Session based testing dilakukan dengan menetapkan goals agar jelas prioritas pengujian pada sprint yang sedang dilakukan. Dapat dilakukan secara manual dan automation testing. Dokumentasi yang diperoleh adalah test plan, scenario test, report test, dan notulensi meeting singkat.
Sumber :
https://reqtest.com/testing-blog/agile-testing-principles-methods-advantages/
https://www.globalapptesting.com/the-ultimate-guide-to-agile-testing
https://www.qasymphony.com/blog/agile-methodology-guide-agile-testing/
https://www.tutorialspoint.com/agile_testing/agile_testing_methods.htm